Tak ada guru yang terlalu pandai untuk berhenti belajar, dan tak ada ilmu yang sia-sia untuk didengarkan
Menjadi guru bukan hanya tentang berdiri di depan kelas dan menyampaikan materi. Seiring perkembangan zaman dan dinamika dunia pendidikan yang begitu cepat, guru dituntut untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Salah satu wadah terbaik untuk itu adalah Kelompok Kerja Guru (KKG), tempat di mana para pendidik bisa saling berbagi ilmu, praktik baik, dan menyegarkan semangat mengajar. Namun, apakah semua guru sudah menyadari nilai penting dari forum ini?
Hari ini, Sabtu, 3 Mei 2025, KKG Gugus 3 Tengku Raja Sayed diselenggarakan di SD Negeri Alue Sentang. Dengan menghadirkan narasumber Ibu Winarsih, pengawas Tingkat SD yang membahas tema penting tentang Pembelajaran Mendalam (Deep Learning), kegiatan ini sejatinya sangat membuka cakrawala berpikir para guru terhadap praktik pembelajaran yang bermakna.
Namun, rasa kecewa menyelimuti hati saya sebagai Plt Kepala SD Negeri Gelanggang Merak. hanya dua guru yang hadir. Sebuah angka yang menyedihkan. Ini bukan sekadar soal statistik kehadiran, tetapi tentang rendahnya kepedulian terhadap ruang belajar yang telah disiapkan bersama.
Sebagai pimpinan, saya merasa gagal meyakinkan rekan-rekan guru bahwa KKG bukan sekadar formalitas, melainkan kebutuhan. Kita sering bicara soal pentingnya murid berkembang, tapi bagaimana bisa murid berkembang jika gurunya enggan bertumbuh?
KKG: Tempat Tumbuh, Bukan Sekadar Datang Melalui KKG, guru dapat:
- Meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional.
- Banyak materi baru dan strategi efektif yang bisa dibawa langsung ke kelas.
- Membangun jejaring dan kolaborasi antar guru.
- Inspirasi sering muncul saat kita mendengarkan pengalaman guru dari sekolah lain.
- Meningkatkan motivasi dan semangat mengajar.
- Kegiatan ini bukan beban, melainkan penyegar jiwa sebagai pendidik.
- Membentuk budaya belajar bersama.
- Dalam KKG, tidak ada yang lebih hebat. Semua adalah pembelajar.
Sayangnya, masih ada saja guru yang menganggap undangan KKG tidak penting. Ada yang merasa sudah cukup tahu, merasa tak butuh pelatihan, atau mengabaikan kesempatan berbagi karena menganggap dirinya paling pandai. Sikap ini tak hanya mencederai semangat kolaborasi, tapi juga menutup pintu perkembangan diri sendiri.
Menghargai undangan KKG adalah menghargai profesi kita sendiri. Hadir adalah bentuk tanggung jawab. Mengikuti materi adalah bentuk penghormatan terhadap narasumber. Dan bersikap rendah hati adalah bentuk kedewasaan seorang guru.
Kesimpulan:
"Guru yang hebat bukan yang tahu segalanya, tapi yang tak pernah berhenti belajar dari siapa saja." Mari kita hadir di setiap forum belajar dengan hati terbuka, dengan semangat berbagi, dan dengan rasa hormat terhadap sesama pendidik. Jangan biarkan ruang KKG kita sepi oleh ego dan kesombongan. Karena sejatinya, pendidik sejati adalah pembelajar sepanjang hayat.
Posting Komentar